Memilih Diam
Ingin mengutarakan namun takut ada yang terpatahkan lalu akhirnya memilih diam.
— farichatus.s
Senin, 07 Desember 2015
Kamu jangan berfikiran bahwa aku sudah lupa terhadapmu. Karena aku
hanya belum sempat mengingatmu saja.
Kalau aku mau, aku bisa menceritakan semua rentetan-rentetan
peristiwa di masa itu tanpa ada sepenggal kisah yang terlewatkan.
Melupakan menjadi hal yang tersulit bagiku bahkan bisa jadi tidak
mungkin. Karena jumpa dengan orang-orang baik yang tak kukenal sebelumnya
sekalipun masih sanggup kuingatnya dengan jelas, apalagi kamu.
Jadi, jangan kamu pikir aku sudah melupakanmu.
Minggu, 06 Desember 2015
Bagaimana jika kamu berada di dua keadaan yang sama-sama
meneduhkan, sama-sama menentramkan. Yang sayangnya keduanya tidak dalam satu
paket. Mereka terpisah, sama-sama memiliki kelebihan dan kesejukan dengan
embel-embel “tapi”. Mereka terpisah dan saling menawarkan resiko yang harus
ditanggung oleh sang pemilih. Dan kamu rupanya sedang ada di salah
satu dari mereka.
Bagaimana?
Sabtu, 21 November 2015
Sumber gambar : tumbrl.com |
Aku percaya, sebuah prinsip menghadirkan sebuah
perjalanan. Perjalanan untuk selalu mempertahankan. Dan rupanya tidak mudah
untuk mempertahankan prinsip yang sangat bertentangan dengan kebiasaan
orang-orang di sekitar kita. Semacam diuji apakah kita benar-benar yakin dengan
pilihan yang kita ambil. Semacam diberikan opsi-opsi yang justru merobohkan
prinsip itu sendiri. Banyak celetukkan dan omongan yang mereka lontarkan sangat
menjatuhkan tapi tidak jarang juga yang satu prinsip dan saling mendukung.
Berusaha menutup mata ketika iming-iming kebahagiaan
semu itu jelas ada di depan mata dan berusaha tuli sementara ketika kata-kata
yang menyejukkan itu berulang kali didaratkan kepada kita. Susah sekali rasanya
untuk tetap mempertahankan prinsip itu. Rasa hampir menyerah itu mungkin sempat
hadir, namun beruntungnya rasa untuk menata kembali keping yang hampir runtuh
itu jauh lebih kuat. Beruntung jika seperti itu, lalu bagaimana jika akhirnya
kita terlena dan masuk kedalam kebiasaan yang membawa kita pada titik
kenyamanan?—yang sayangnya kenyamanan itu justru akan membawa kerugian terhadap
diri kita sendiri nantinya.
Kita mungkin menyerah padahal belum sampai puncaknya,
berhenti tiba-tiba karena merasa jalan lain lebih memudahkan dan menyenangkan.
Padahal kita sama-sama tahu bahwa untuk mendapatkan sesuatu yang katakan saja
‘luar biasa’, perlu perjuangan dan pendakian-pendakian yang memang tidak mudah.
Bukankah sesuatu yang baik pasti mahal harganya dan sesuatu yang buruk
pasti murah harganya? Ya walaupun dilapisi chasing dan iming-iming bonus yang
semenarik apapun itu, tetap saja lebih murah dan mudah didapatkan dibanding
sesuatu yang baik, kan?
karena itu tidak kaget lagi jika perjalanan ini begitu
melelahkan. Setidaknya setiap langkah pertama, kedua, ketiga dan kesekian ini
tidak akan sia-sia—jika kita tidak menyerah sebelum mencapai puncak tentunya.
Semoga kita selalu tetap dalam satu tujuan, tidak
tergoda oleh jalan-jalan lain yang menjanjikan kebahagiaan namun mendustakan.
Semoga perjalanan kita selalu berada di jalan-Nya dan bukan perjalanan yang
membawa kita semakin jauh dari-Nya. Semoga kita selalu dikuatkan untuk mencapai
puncak perjalanan tersebut, tentu saja sembari masih menggenggam prinsip yang
sudah sama-sama sepakat kita jaga.
Perjalanan memang menarik.
Minggu, 15 November 2015
Apakah Kamu tahu?
Ketika rindu ini pelan-pelan memudar..
Lalu kepada siapa rindu yang tersisa ini terdampar?
Kamu tahu?
Ketika pelan-pelan namamu menghilang..
Lalu siapa yang berusaha aku semogakan?
Kamu tahu?
Ketika aku tak lagi mencintaimu, lalu aku cinta kepada
siapa?
Aku yakin kamu pasti mengetahui bahwa ada sesuatu yang
memang perlahan hilang dengan sendirinya, tanpa paksaan, tanpa perlu
direncanakan.
Ya, kamu pasti tahu perihal itu.
Langganan:
Postingan (Atom)