Sesuatu yang kusebut Kenangan

Minggu, 20 September 2015






Aku menyebutnya kenangan.
Sesuatu yang abadi, sesuatu yang tak bisa aku ubah lagi.
Sesuatu yang diam, sesuatu yang tak bernyawa.
Namun hanya dengan mengingatnya seperti ada sesuatu yang hidup kembali.

Sesuatu yang hanya bisa aku rasakan tanpa mampu tersampaikan.
Sesekali aku ceritakan. Sesekali aku jadikan tulisan.
Tapi seringkali, aku membungkam.

Aku menyebutnya kenangan.

Tapi aku mengingatnya, kamu.




Perempuan itu, se-bo-doh itu?

Jumat, 04 September 2015


Perempuan itu rupanya sedang menangis, bukan menikmati hujan yang turun tepat di atas kepalanya. 
Perempuan itu rupanya terlalu asik bersama hujan, tapi bukan menikmatinya.
Entah sudah berapa lama ia bersenang-senang dengan hujan.

Air mata luruh bersama gemuruh. Badan menggigil. bibir membiru. dia sudah layu.
Membiasakan diri terhadap yang menyakiti. Se-bo-doh itu?

Mungkin sebentar lagi perempuan itu akan berhenti menari. Dan memang seharusnya pemberhentian itu sudah ia lakukan sedari tadi. eh bukan, sedari dulu maksudku. Tapi nampaknya perempuan itu enggan meninggalkan hujan. Wajahnya lesu ketika diburu untuk berlalu. Adakah yang salah? Adakah yang direbut oleh sang hujan darinya? Adakah sesuatu yang memaksanya untuk tertahan?

Perempuan itu, sungguh aku tak mengerti pola pikirmu. Yang kutahu kau memaksakan dirimu. Kau seolah seseorang yang sedang bertahan pada sesuatu yang harusnya kau lepaskan. Perempuan itu, beranilah mengikhlaskan. Percayalah, kala hujan berhenti, pelangi sudah menanti…….
 
FREE BLOGGER TEMPLATE BY DESIGNER BLOGS