Perempuan itu, se-bo-doh itu?

Jumat, 04 September 2015


Perempuan itu rupanya sedang menangis, bukan menikmati hujan yang turun tepat di atas kepalanya. 
Perempuan itu rupanya terlalu asik bersama hujan, tapi bukan menikmatinya.
Entah sudah berapa lama ia bersenang-senang dengan hujan.

Air mata luruh bersama gemuruh. Badan menggigil. bibir membiru. dia sudah layu.
Membiasakan diri terhadap yang menyakiti. Se-bo-doh itu?

Mungkin sebentar lagi perempuan itu akan berhenti menari. Dan memang seharusnya pemberhentian itu sudah ia lakukan sedari tadi. eh bukan, sedari dulu maksudku. Tapi nampaknya perempuan itu enggan meninggalkan hujan. Wajahnya lesu ketika diburu untuk berlalu. Adakah yang salah? Adakah yang direbut oleh sang hujan darinya? Adakah sesuatu yang memaksanya untuk tertahan?

Perempuan itu, sungguh aku tak mengerti pola pikirmu. Yang kutahu kau memaksakan dirimu. Kau seolah seseorang yang sedang bertahan pada sesuatu yang harusnya kau lepaskan. Perempuan itu, beranilah mengikhlaskan. Percayalah, kala hujan berhenti, pelangi sudah menanti…….

2 komentar:

  1. Perempuan lebih suka diam. Dia lebih menikmati kesendirian dalam bungkam.
    Egoismenya yang tinggi selalu menuntut sang lelaki mengerti setiap rasa yang bahkan ia sendiri enggan untuk membagi

    BalasHapus
    Balasan
    1. padahal tidak sedikit laki-laki yang tidak peka. yang bahkan ada yang peka tetapi tidak mempedulikannya. kata azhar nurun ala, perjumpaan perempuan yang pendiam dengan laki-laki yang tak peka adalah bencana. Adalah erupsi gunung berapi. Adalah banjir bandang.

      Hapus

 
FREE BLOGGER TEMPLATE BY DESIGNER BLOGS